Rubrik

FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA TENTANG MENUNTUN ANAK SESUAI DENGAN KODRAT DAN ZAMANNYA DENGAN MENGEDEPANKAN BUDAYA POSITIF

Oleh: ST. HATIJAH, S.Pd.I

PENDIDIKAN yang berupaya memenuhi kodrat kebutuhan tumbuh kembang anak. Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantar bahwa yaitu “Menghamba pada anak” Pokok pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua orang inilah yang dapat “berhamba pada sang anak” dengan semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas (Karya Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, halaman 382). Menghamba ini bukan berarti dapat diperlakukan semena- menanya ,tapi pendidikan harus berorientsi pada kebutuhan anak sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatmya.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

KHD juga mengingatkan bahwa dalam menuntun kodrat anak harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah lingkungan alam tempat peserta didik berada baik itu kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. Sedangkan kodrat zaman adalah perubahan dari waktu ke waktu. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan kodrat alam  dan kodrat zamannya sendiri. Berdasarkan hal tersebut dasar-dasar pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa Peran pendidik adalah menuntun kebebasan anak untuk mencapai kebahagiaan lahir batin dan keselamatan anak sesuai dengan kodratnya masing-masing. Dalam merdeka belajar, setiap guru adalah murid dan setiap murid adalah guru. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja. Sekolah bukan satu-satunya tempat untuk memperoleh pendidikan. Merdeka belajar memberikan kebebasan kepada anak untuk berekpresi, berinovasi, berkarya dan berkolaborasi, tanpa paksaan dan ancaman hukuman.Ha ini lah yang hendaknya di gaungkan oleh sahabat guru guna mencapai tujuan Pendidikan yang sebenarnya sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara dan nantinya akan membawa perubahan dalam Pendidikan di  Indonesia.

Adapun salah satu  model manajemen perubahan yang sesuai dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara adalah dengan menggali nilai-nilai positif dan kekuataan yang ada pada sekolah yang  dapat dikembaangkan menjadi visi sekolah menuju kepada murid yang merdeka.Anak tumbuh berdasarkan kodratnya sendiri hal inilah yang membuat mereka memiliki keunikan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu dibutuhkan  sebuah metode untuk melakukan pendekatan kepada mereka, salah satunnya adalah metode Inquiry Apresiatif (IA) yaitu sebuah pendekataan yang digunakan untuk menggali potensi setiap anak sesuai dengan kodratnya masing-masing, yang  sangat membantu kita dalam mencapai visi yang  sesuai denngan filosofi Ki Hajar dewantara tersebut.Dalam penerapannya Inquiry Apresiatif  (IA) menggunakan tahapan BAGJA yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Galim impi, Jabarkan rencana dan Atur Eksekusi. Antara Inquiry Apresiatif  (IA) dan BAGJA sama-sama memiliki peranan penting yaitu menciptakan sebuah model manajemen perubahan yang menetukan arah sekolah untuk mewujudkan visi sekolah yang memberikan kemerdekaan belajar bagi peserta didik.Disinilah peran aktif kita sebagai guru sangat dibutuhkan, agar kita mampu memahami kekuatan positif yang  sudah ada disekolah kita dan saling bekerja sama dengan stake holder  dalam menciptakann suasana yang aman dan nyaman bagi setiap peserta didik, karena dengan rasa aman dan nyaman akan mengalirkan energi positif dan nantinya akan lahir pula budayaa-budaya positif di sekolah.

Untuk itu kita bisa saja memanfaatkan pengenalan lingkungan sekolah sebagai moment untuk menciptaakan kenyamaan bagi siswa di awal masuk ke sekolah.Jika daari awal mereka di sambut dan diperlakuukan dengan baik maka nantinnya akan merasa nyaman Ketika berada di sekolah, mereka akan merasakaan kegembiraan yang tentunya itu akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.Dan kelak dikemuadiaan hari mereka aakan memperlakukan adik-adik kelas mereka dengan baik, sesuai dengaan bagaimana mereka diperlakukan. Dengan sendirinya akan tercipta budaya positif yang akan menjadi kekuatan dan nilai lebih baagi sekolah kita yang tentunya harus dimulai oleh guru itu sendiri.

Mengajar dengan nuansa menyenangkaan akan sangat menyenangkan bagi guru maupun murid. Sedangkan merdeka belajar adalah proses Pendidikan dengan menciptakan suasana yang membahagiakan, sekolah tak lagi menakutkan dengan berbagai aturan yang mengikat, murid bisa merasa aman dan nyaman ketika berada di sekolah maka dengan sendirinya mereka akan menjadi manusia yang merdeka, dengan tetap berbudaya positif, menjaga ketertiban baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Tentu hal ini juga akan menjadi tantangan bagi  kita selaku guru PAI dan budi pekerti abad 21 yang mau tidak mau secara bertahap kita juga harus menyiapkan diri dan juga  peserta didik agar mantap  secara spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki dasar-dasar agama Islam serta bagaimana kita mengajarkan peserta didik tentang cara penerapan budayaa-budaya positif tersebut dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di lingkungan sekolahnya apalagi setelah pandemic covid 19 yang terjadi 2 tahun terakhir.Diharapkan Pendidikan Agama Islam dan budi pekerrti bisa menjadi pedoman bagi peserta didik dalam menjaga diri dan menerapkaan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, baik disekolah ataupun diluar sekolah.

Dengan konteks abad 21 yang semakin kompleks dengan masalah, berbaagai persoalan  di masyarakat seperti krisis akhlak, radikalisme, semua memiliki jawaban dalam ajaran agama islam. diharapakan dengan memahami nilai-nilai agama dengan baik, mereka nantinya bisa terhindar dari perubahan-perubahaan negativ yang ada pada lingkungan disekitar mereka.Karena pada intinya kita  sebagai guru Pendidikan Agama Islam daan Budi Pekerti  harus senantiasa memberikan bimbingan kepada peserta didik, membantu peserta didik dalam memahami prinsip-prinsip agama dengan baik,  saling menghormati dan menghargai sesama, dan toleransi. Dan kedepannya Pendidikan Agama Islam akan memberikan konstribusi dan menguatkan terbentuknya Profil Palajar Pancasila sebagai pelajar sepanjang hayat yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia sebagai wujud dari adanya merdeka belajar, sesuai dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara.(**)

(Penulis adalah serang guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di KabupatenPolewali Mandar, juga Ketua MGMP RASJUDDIN)

Editor

Berita yang masuk dari semua Biro akan di Edit terlebih dahulu oleh Tim Editor Media Bolmora.com kemudian di publish.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button