IMPLEMENTASI SEGITIGA RESTITUSI, SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK

Oleh : SITI HATIJAH, S.PD.I
BAPAK/IBU GURU HEBAT, pernahkah bapak ibu mendapati peserrta didik yang tertidur pada saat pembelajaraan berlangsung?. Apa yang Bapak/Ibu lakukaan Ketika ada peserta didik yang tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran, dan mengganggu peserta didik lain?Sebagai seorang guru tentu ini merupakan tantangan bagi kita untuk tetap menyikapinya dengan bijak.
Restitusi merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Ketika peserta didik berbuat kesalahan, maka guru dapat membimbing membuat evaluasi diri tentang cara untuk memperbaiki kesalahan sehingga mereka dapat kembali kepada komunitas dengan pribadi yang lebih kuat.
Penerapan restitusi pada peserta didik dilakukan dengan 3 tahap yang dikenal dengan nama segitiga restitusi. Diane Gossen dalam bukuna Restitution; Restructuring School Discipline, 2001 telah merancang setiap tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses restitusi, bernama segitiga restitusi/ restitution triangle, meliputi: Menstabilkan Identitas/ Stabilize the identity, Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior dan Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas ketiga tahapannya.
A. .Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses belajar dan penyelesaian masalah bisa kita lakukan. Guru dapatmengucapkan kata – kata sebagai berikut:
1. Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu
2. Kita bisa menyelesaikan ini
3. Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
B. Validasi Tindakan yang Salah/Validate the Misbehavior
Perbuatan yang salah pada peserta didik seringkali dilakukan untuk memenuhi beberapa kebutuhan pada manusia. Disinilah guru harus mampu memahami maksud perbuatan peserta didik tersebut. Guru dapatmengucapkan:
1. Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu?
2. Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu?
3. Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.
C.Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief
Pada tahap ke 3, peserta didik siap untuk dihubungkan dengan nilai – nilai yang dia percaya dan menjadi orang yang dia ingingkan. Guru dapat mengucapkan kata – kata berikut:
1. Apa nilai – nilai umum yang telah kita sepakati?
2. Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
3. Kamu mau jadi orang seperti apa?
4. Apakah kedepannya kamu akan lebih berhati-hati lagi?
Adapun dalam penerapannya di setiap tahap kita sebagai guru harus tetap mengedepankan bahasa yang lemah lembut dan tidak mengintimidasi pesserta didik yang melakukan kesalahan, karena salah satu tujuan dari penerapan segitiga restitusi ini adalah untuk menanamkan disiplin positif pada murid ssebaagai bagian dari budaya positif di sekolah. Dan kita sebagai guru Pendidikan Agaami Islam diharapakan dapat menggunakan segitiga restitusi ini sebagai salah satu caraa untuk membimbing murid untuk berdisiplin positif agar menjadi murid yang merdeka.
Agar lebih mudah dipahami, penulis memberikan contoh penyelesaian kasus dengan menggunakan setiga restitusi.
PERISTIWA
Pausia adalah siswi kelas X Tata Niaga 1 di SMK Negeri 1 Polewali. Seteleh dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan tugas yang masuk di akhir semester, ternyata Pausia belum mengirimkan tugasnya. Hal ini ditandai dengan belum adanya konfirmasi tentang link tugas sebagai bukti bahwa tugas telah selesai diupload.Padahal sebelumnyya sudah disepakati bahwa semua tugas harus sudah rampung 2 hari sebelum sebelum ujian Mapel PAI di laksanakan.Tugas yang diberikan adalah membuat pemaparan digital tentanng Larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina yang nantinya akan di upload ke youtube dan peserta didik diminta untuk memberikan link video agar guru bisaa langsung memberikan penilaian.Akan tetapi Pausia belum mengerjaakannya, karena saat itu pembelajaran sudah tidak aktif, akhirnya saya berinisiatif untuk menelpon Pausia via wa dan mencoba menerapkan segitiga restitusi pada kasus Pausia. Adapun langkah yang saya tempuh dalam menyelesaaikan massalah Pausia adaalah:
1.Menstabilkan identitas
Dengan menanyakan kenapa Pausia tidak mengerjakan tugasnya? Setelah mengetahui alasannya guru membantu untuk menenangkan Pausia dan meyakinkan Pausia bahwa hal tersebut adalah hal yang wajar dan biasaa terjadi, tujuannya agar Pausia tidak tertekan dan secara rasional bisa berfikir dengan baik dan mencari solusi tentang permasalahannya tersebut.
2.Memvalidasi perbuatan yang salah
Pada langkah ini guru berusaha untuk terlebihh dahulu memahami kebutuhan dasar yang mendassari tinndakan Pausia, karena menurut teori kontrol semua Tindakan pasti memiliki tujuan, entah tujuan itu baik atau buruk.Ketika kita menolak peserta didik dengan perbuataan buruk, maka selamanya mereka aka nada dalam masalah.Daalam kaasuss Pausia guru mencoba memahami alassan Pausia melaakukan kesalahan agar Pausia merassa dipahami.
3.Menanyakan keyakinan kelas
Guru mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi keyakinan di kelas X TN 1 sehingga dari sini Pausia bisa berpindah status dari kesalahannya menjadi orang yang dia inginkan.ketika gambaran tentang masa depannya sudah ditemukan maka guru membantu Pausia untuk mengarahkannya untuk focus pada gambaran tersebut.sehingga kedepannya peserta didik terbiassa untuk mencari solusi terhadap permasalahannya. Dalam kasus Pausia ini, dia melanggar keyakinan kelas yang sudah menjadi pembiasaan positif yang merupakan nilai atau prinsip kebajikan yang telah disepakati bersama tanpa memandang perbedaan.Guru dan peserta didik telah melakukan kesepakatan bersama dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan.Dan penerapannya sudah disosialisasikan melalui poster tentang keyakinan kelas yang di pasang di tempat yang mudah terlihat agar semua bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, sehingga sangat mustahil jika Pausia tidak mengetahuinya.Adapun keyakinan yang telah dilanggar oleh Pausia adalah disiplin dan tanggung jawab, namun setelah di terapkan segitiga restitusi Pausia dapat menceritakan apa penyebab dia melakukan hal tersebut, kemudian menemukan solusi dan bersedia memperbaiki kesalahannya.Sehingga meskipun Pausia telah melakukan kesalahan namun kesalahan tersebut bisa diperbaiki dan Pausia berjanji tidak akan mengulanginya. Berikut link video penerapan segitiga restitusi padaa kasus Pausia https://drive.google.com/file/d/1eI9t_4nbV_TmSoOfIWvS9LggtBiIEmwR/view?usp=drivesdk
Dari hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa melalui Tindakan restitusi yang sesuai maka nantinya peserta didik dapat menyadari dan mengakui kesalahan yang dilakukan secara terbuka dan sukarela sehingga dapat memunculkan rasa nyaman dalam diri peserta didik, dan munculnya komitmen untuk tidak mengulangi kesalahannya.Hal inilah yang diharapkan dapat diterapkan oleh semua guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam agar nantinya kita semua bisa mewujudkan suasana lingkungan yang positif dan menyenangkan bagi seluruh peserta didik di sekolah ataupun di dalam kelas. Hal ini tentunya selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan yang memerdekakan.Karena setiap anak adalah asset bangsa yang harus dijaga dan dibina agar mereka memiliki karakter yang kuat dan kritis, kelak merekalah akan menjadi penerus yang akan membawa citra bangsa Indonesia.Oleh karena itu sedini mungkin dari hal-hal kecil kita sebagai guru harus mulai memperbaikinya, dan salah satu caranya adalah dengan implementasi seegitiga restitusi.
(Penulis Adalah Seorang Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Kabupaten Polewali Mandar, Juga Ketua MGMP Rasjuddin)