
FEATURES, BOLMORA.COM – Pagi itu, aroma khas dupa yang bercampur dengan sejuknya udara pagi mulai menyengat penciuman para pengendara yang memasuki kawasan makam pekuburan Lokuyu, di Jalan A.R. Hakim, Kelurahan Kotobangon, Kecamatan Kotamobagu Timur. Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi Utara.
Tepatnya, pukul 06.30 Wita, ratusan warga turunan etnis Tiongha Kotamobagu mulai memadati lokasi pemakaman tersebut. Mereka datang meyambut puncak Perayaan Ceng Beng, yang jatuh pada tanggal 5 April setiap tahunnya.
Biasanya, kegiatan ini dilakukan warga tiongha dua bulan setelah pasca perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Dimana dalam perayaan Ceng Beng umat Tridharma akan melaksanakan ziarah kubur dan melaksanakan upacara ritual sembahyang untuk mengenang arwah para leluhur.
Untuk mengamankan jalannya prosesi tersebut, pihak panitia juga telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian Polsek Kotamobagu yang telah berjaga-jaga sejak pagi. Anggota ini disiap siagakan, guna menjaga Perayaan Ceng Beng di Kotamobagu, agar dapat berjalan dengan aman dan tertib.
Sementara itu, para peziarah makam yang telah berada di makam sejak subuh, terlihat sibuk mempersiapkan berbagai jenis makanan, kue, dan minuman, bahkan pakaian, serta buah-buahan. Dimana makanan-makanan tersebut dipersiapkan, untuk pelaksanaan pemanjatan doa Sembahyang Ceng Beng.
Saat memasuki prosesi sembahyang, seorang pria paruh baya, bernama Hani Loho, terlihat memberikan aba-aba, tandanya upacara ritual Sembahyang Ceng Beng segera dimulai. Dengan memegang dupa yang telah dibakar, dan bara yang telah disiapkan, Ia pun memimpin jalannya ritual sembahyang tersebut, melakukan penghormatan ke seluruh penjuru arah angin.
Usai melaksanakan penghormatan, tiba-tiba lonceng gong pun berbunyi. Teng…teng…teng…bunyi suara gong khas klenteng saat dipukul oleh salah satu petugas ritual. Disaat bersamaan bunyi gong, para petugas sembahyang pun langsung berjalan mengelilingi areal pemakaman yang berbukit.
Setelah berkeliling areal makam, mereka pun kembali masuk keruangan, dan melanjutkan ritual sembahyang. Dalam pemanjatan doa, Hani Loho meminta keberkatan untuk seluruh peziarah dan berdoa untuk keberkatan daerah Kota Kotamobagu, agar dijauhkan dari segala marabahaya dan bencana.
Selain itu, Hani Loho juga mendoakan, agar pelaksanaan Pilpres 2019, dapat berjalan aman dan lancar, dijauhkan dari kekacauan ataupun kisruh yang dapat menggangu kestabilan keamanan Negara Republik Indonesia.
Ceng Beng ini, dalam bahasa Hokkiannya biasa disebut dengan kata sebutan, Qing Ming. Di dalam pengertian bahasa Indonesianya, Qing Ming artinya adalah Bersih dan Terang. Hal ini sebagaimana penjelasan Pandita Hani Loho, pemimpin pelaksana upacara sembahyang Ceng Beng.
“Ceng Beng atau Qing Ming memiliki arti Bersih dan Terang, tujuannya adalah melaksanakan sembahyang, untuk mengenang para leluhur kita. Baik itu, orang tua, bapak, ibu, kakek dan oma, juga anak serta cucu yang telah mendahului kita ke alam baka, “ ujar Loho.
Menurutnya, Ceng Beng, atau disebut Qing Ming, adalah ritual penghormatan, dan dipercaya dapat membawa ketenangan kepada para arwah-arwah leluhur.
”Semoga dengan pelaksanaan upacara Sembahyang hari ini, mereka bisa beristirahat dengan tenang, dan kepada para petugas sembahyang, yang melaksanakan Laku Bhakti, dan bersehati dalam mempersiapkan persembahyangan, mulai dari pembersihan kubur hingga pelaksanaan ritual hari ini, diberikan keberkatan, “ ungkap Hani Loho.
Pelaksanaan sembahyang ini juga diikuti oleh 21 petugas ritual, yang tergabung dalam pengurus Tauke Ceng Beng periode 2019-2020, yang dipimpin oleh David Reza Wullur, sebagai Ketua Panitia.
Penulis: Wandy