BOLMORA.COM, BOLSEL — Cilegon Ethnic Carnival (CEC) memang selalu menjadi event yang mengundang perhatian bagi dunia pariwisata, khususnya di wilayah Provinsi Banten.
Karnaval ini adalah sebuah ajang seni, yang menampilkan berbagai macam kebudayaan adat dan etnik yang berkembang dan tumbuh di Kota Cilegon, tanpa menghilangkan citra budaya asli kota tersebut.
CEC ini telah diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Cilegon, untuk yang ke-6 kalinya berturut-turut, dengan tujuan mempromosikan, serta meningkatkan kunjungan wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari mancanegara.
Meramaikan kegiatan CEC ini, Disparbud Cilegon selalu melibatkan berbagai komunitas etnis nusantara yang ada di Kota Cilegon, terdiri dari beberapa paguyuban, diantaranya yakni, Paguyuban Wong Cilegon, Paguyuban Kujang Sunda, Paguyuban Sumatera Barat (IKAMI), Paguyuban Sumatera Utara (IKABAMUS), dan Paguyuban Bali.
Selain itu, hadir pula, Paguyuban Jawa Timur, Paguyuban Arema, Paguyuban Kerukunan Kawanua Banten (KKB-Manado), Paguyuban KMKB Sulawesi Utara, dan Paguyuban Dayakan, serta Paguyuban Tionghoa.
Menariknya, di event CEC tahun ini, Paguyuban dari KMKB Sulawesi Utara, bisa menampilkan 2 seni tarian budaya, yang berasal dari daerah Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Bolaang Mongondow.
Adapun dua tarian adat yang ditampilkan KMKB ini, yaitu Tarian Kipas Oh Ina Ni Keke dari adat Minahasa, dan Tarian Kabela dari adat Bolaang Mongondow.
Tarian Kabela ini tampil untuk pertama kalinya di ajang ini, setelah pihak Komunitas Metuari Kawanua Banten (KMKB) Sulawesi Utara, yang dipimpin oleh Ketua Tonny Chavalier dan Marten Mamesa, berhasil meyakinkan pihak panitia, untuk dapat mengikutsertakan tarian tersebut.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua KMKB Sulut melalui pengurus KMKB Sulut Vitha Rumengan. Ia mengatakan, selaku pelatih dan penata kostum dia merasa Tarian Kabela merupakan salah satu tarian adat yang tak terpisahkan dari adat yang ada di Sulawesi Utara.
“Ya, sebagai pelatih, saya menilai Tarian Kabela merupakan bagian adat dari Sulawesi Utara, sehingga patut juga diperkenalkan ke pengunjung CEC, agar mereka tahu di Sulut kaya akan budaya adat, ” ujar Vitha.
Sementara itu, salah satu penari Tarian Kabela, Nungqy Anggidiantys sangat merasa bangga bisa dipercayakan untuk tampil sebagai salah satu penari Kabela.
“Saya merasa bangga, meskipun saya keturunan asli Gorontalo, namun suami saya besar di Bolaang Mongondow, ” terang Nungqy.
Untuk itu, Ketua, dan seluruh pengurus KMKB mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pariwisata Kota Cilegon, yang telah memberikan kesempatan untuk tampil di ajang CEC tahun ini.
“Di tahun sebelum-sebelumnya Tarian Kabela memang belum bisa ditampilkan karena terkendala dengan pelatih, namun tahun ini saya dipercayakan untuk melatih, sehingga Tarian Kabela siap ditampilkan CEC 2019. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada Pemkot Cilegon atas kesempatan yang diberikan, ” tutur. Vitha.
(Wandy)