Seni Budaya

Kisah yang Tersisa Robohnya Pohon Berusia Ratusan Tahun

BOLMORA, KOTAMOBAGU – Robohnya pohon besar di simpang tiga di Desa Kopandakan I, yang konon sudah berusia ratusan tahun dan tak jelas jenis pohon apa, masih menyisakan cerita menarik. Seperti yang terpantau Minggu (12/11/2017) siang tadi.

Ketika awak media ini melintas di kawasan tersebut, tampak kerumunan orang menyaksikan tukang potong kayu dengan menggunakan mesin pemotong kayu. Pohon kayu yang kira-kira berukuran 1 meter itu dipotong tipis hingga menyerupai lingkaran.

Setelah ditelusuri, ternyata potongan-potongan kayu itu akan dijual untuk dibuat meja.

“Banyak peminatnya, bahkan yang lain mungkin tak kebagian. Mereka datang dari daerah Kecamatan Modayag, Kelurahan Tumobui dan banyak lagi dari desa dan kelurahan lainnya. Mereka rata-rata adalah pengrajin kayu/meubel lokal yang ada di wilayah Kota Kotamobagu. Ada juga masyarakat sekitar Kopandakan yang ikut membeli. Kayu ini digunakan untuk alas meja bagian atas,” ujar Mochtar, warga Kopandakan I.

Menurut dia, harganya bervariasi. Mulai dari Rp50 ribu sampai yang Rp100 ribu.

“Tergantung dari ukuran besar kecilnya potongan kayu,” ungkapnya.

Ditanya mengenai hasil penjualan kayu tersebut, Mochtar mengatakan hasilnya akan diserahkan kepada pemerintah kelurahan.

“Pembagiannya nanti  akan diatur kemudian,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu pengrajin kayu/meubel yang datang dari daerah Moyongkota bernama Ako mengakui, potongan kayu itu akan kelihatan indah dan bernilai ekonomis tinggi jika sudah dibuat meja.

“Jika sudah dihaluskan serta diberi cat mengkilap, pasti akan bernilai tinggi,” sebut Ako, sambil menunjuk alur serat kayu yang melingkar.

Kata dia, karena kayu ini sudah berusia tua, maka kualitas meja yang akan dibuat juga bagus dan kuat.

“Untuk masa sekarang ini sulit mendapatkan potongan kayu seperti ini. Jika sudah diolah menjadi sebuah meja, harganya pasti mahal. Bisa dihargai Rp400 ribu, bahkan bisa mencapai jutaan rupiah,” tambah Ako.

Dari pantauan akhir awak media, stok potongan kayu sudah tidak banyak. Namun, masih banyak peminat terus berdatangan dan rela antri untuk membeli.(hen)

Gunady Mondo

Aktif sebagai jurnalis sejak tahun 2010 (Wartawan UKW UTAMA: 9971-PWI/WU/DP/XI/2021/21/10/79)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button