Ini yang Dilakukan Warga Muslim di London untuk Membantu Tunawisma Selama Natal
BOLMORA, INTERNASIONAL – Sebagai sesama manusia, kita memiliki kewajiban moral untuk membantu para tunawisma, terutama di musim dingin. Demikian dikatakan Mfa Zaman, salah satu relawan Muslim di Kota London, Inggris.
Zaman, yang tergabung dalam yayasan Muslim mengatakan, tak kurang dari 10 ton makanan dan pakaian disumbangkan untuk para tunawisma selama perayaan Natal tahun 2016 ini. Makanan dan pakaian tersebut mulai dikumpulkan sejak awal Desember.
Dikutip dari BBC Indonesia, biasanya setelah shalat Jumat di Masjid Raya London Timur (East London Mosque), sekitar 7.500 warga Muslim dan para relawan mengumpulkan lebih dari 90 persen bantuan pakaian dan makanan seperti beras, pasta, cereal, makanan kaleng dan lain-lain, untuk diberikan kepada warga non-Muslim.
Selain organisasi besar, seperti East London Mosque atau yayasan sosial Muslim Aid, skema membantu tunawisma seperti ini juga dilakukan oleh organisasi kecil atau para pegiat dan relawan Muslim lainnya.
Pada malam Natal, Zaman mendatangi supermarket dan membeli makanan yang biasanya didiskon secara besar-besaran. Di mana, pasar swalayan membuang stok makanan yang tak habis atau menjualnya dengan harga murah pada malam Natal, karena pada Hari Natal toko-toko besar ini tutup.
“Daripada dibuang percuma ke pusat-pusat daur ulang, mengapa tak dibeli saja makanan murah ini dan kemudian diberikan kepada para tunawisma yang sangat membutuhkan?,” kata Zama.
“Para tunawsima ini kelaparan pada Hari Natal karena memang mereka tak bisa membeli makanan,” imbuh pria yang juga aktif mempromosikan toleransi agama di London ini.
Menurutnya, jumlah tunawisma di London terus bertambah dalam beberapa tahun terakhir akibat kombinasi tingginya harga sewa rumah dan pemangkasan anggaran oleh pemerintah kota, di sektor penyediaan akomodasi. Data menunjukkan jumlah tuna wisma di London dalam dua tahun ini naik hingga 30 persen. Diperkirakan, ada sekitar 3.500 orang yang berada di jalan-jalan di Inggris setiap malam.
“Pada malam hari suhu udara turun drastis di musim dingin, bisa sekitar nol atau satu derajat yang membuat alam terbuka menjadi ‘siksaan yang luar biasa’ bagi para tunawisma. Olehnya itu, kita sebagai sesama manusia wajib hukumnya membantu,” ujar Zaman.
Itu sebabnya, pegiat seperti Zaman juga menyumbangkan pakaian hangat untuk mereka, yang tentu saja disambut dengan perasaan haru dan senang oleh tunawisma bernama Layva yang ditemui Zaman, pada Sabtu (24/12/2016) malam menjelang Hari Natal.
“Saya tak kuasa menahan air mata (karena haru). Saya kedinginan dan sekarang ada bantuan jaket tebal dan sepatu,” ucap Layva.
Pun demikian Bailey, pria yang menjadi tunawisma karena masalah keluarga juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
“Saya menangis gembira. Tak banyak orang yang mengingat kaum seperti kami ini. Tapi ada yang datang malam ini dan memberi kami cinta, makanan, dan kartu ucapan Natal. Semoga Tuhan memberkahi,” kata Bailey.
Prakarsa bantuan kepada tunawisma selama perayaan Natal disambut baik oleh pemuka Kristen.
Pendeta Gary Bradley mengatakan, ini adalah contoh nyata solidaritas lintas agama untuk kemanusiaan.
Tim BOLMORA.COM