Oleh: Sutarjo Paputungan, M.Pd.I
LIBUR adalah waktu yang ditunggu-tunggu baik oleh peserta didik maupun guru, dengan libur aktifitas rutin terhenti sejenak dan biasanya diisi dengan kegiatan yang lebih santai atau refreshing bersama keluarga. Bagi peserta didik libur berarti berhentinya aktivitas pembelajaran dan berhentinya tugas-tugas yang diberikan oleh guru-guru di sekolah, dan biasanya diisi dengan kegiatan membantu orang tua, bermalas-malasan dirumah atau bermain handphone serta kegiatan lainnya. Sedangkan bagi ibu guru dengan adanya libur biasanya digunakan untuk berbenah dirumah atau memasak lebih, baik jumlah maupun variasi menunya. Berbeda dari hari-hari biasanya yang terkesan asal jadi, yang penting bisa dimakan. Sementara bagi pak guru digunakan untuk menyalurkan hobi seperti kumpul dengan club-club yang mempunyai hobi sama, mencuci kendaraan kesayangan atau sekedar nonton televisi dirumah, intinya dengan libur ada aktifitas lain yang dapat dilaksanakan diluar kegiatan rutin
Namun berbeda dengan libur dimasa-masa pandemi virus corona seperti yang terjadi di tahun 2020 sampai 2021 ini. Awalnya kita semua senang dengan adanya himbauan pemerintah untuk Work From Home (WFH). Terbayang betapa senangnya dapat berkumpul dengan keluarga sambil mengerjakan tugas-tugas rutin yang biasanya dilakukan disekolah. Dapat mendampingi anak belajar, bermain dan beribadah dirumah, yang selama ini hal tersebut adalah kegiatan langka, karena waktu kerja yang menuntut untuk pergi pagi pulang sore, dan jika pulang badan sudah terasa lelah untuk melaksanakan tugas rumah lainnya.
Dengan perkembangan sebaran virus yang semakin tak terkendali dan banyaknya korban yang berjatuhan, pemerintah membuat aturan baru yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hari-hari libur yang awalnya dirasakan membahagiakan mulai terasa membosankan. Segala kegiatan yang berada diruang publik mulai dibatasi dengan segala aturan yang harus dipenuhi, alhasil timbul rasa jenuh ketika segala kegiatan dibatasi baik secara fisik, ruang dan waktu. Keluhan-keluhan mulai berdatangan dari beberapa kalangan terutama dari peserta didik dan orang tuanya. Umumnya permasalahan berkisar pada pembelajaran online atau daring. Mulai dari peserta didik yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu yang tidak mempunyai handphone, kuota atau pulsa yang sering habis karena hampir semua guru menggunakan daring, permasalahan sinyal atau jaringan dan lain sebagainya. Sedangkan keluhan dari orang tua adalah sekitar bertambahnya beban biaya membeli paket data, sementara penghasilan keluarga semakin menurun dampak dari WFH, terutama bagi orang tua yang penghasilannya berasal dari sektor riil, seperti pedagang, dan jasa harian. Belum lagi keluhan orang tua yang kesulitan mendampingi anak-anaknya belajar karena kurang paham dengan materi pelajaran yang ditugaskan kepada anaknya dari berbagai mata pelajaran, atau keluhan anak yang tidak mau belajar karena tidak mengerti dengan materi pelajaran yang ditugaskan oleh guru dan lain sebagainya.
Tidak mudah memang menghadapi semua permasalahan yang kita hadapi secara tiba-tiba seperti sekarang ini. Apalagi bagi guru dan masyarakat yang terbiasa dengan motoda belajar mengajar konvensional, dimana tatap muka adalah bagian utama dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Perubahan sistem belajar dari metoda konvensional menjadi daring (online) membuat beberapa pihak belum siap baik secara fisik, mental maupun finansial. Namun kenyataannya siap tak siap semua kalangan harus menghadapinya dalam segala lini kegiatan sosial. Penggunaan teknologi tak dapat dihindari untuk menghadapi semuanya. Guru-guru yang dahulunya “cuek atau gaptek” dengan perkembangan teknologi sekarang harus belajar kembali mengenal perangkat komputer dan programnya. Demikian juga dengan orang tua peserta didik. Hal ini tentu sedikit banyak akan berpengaruh pada nominal pengeluaran, karena ada dana kuoto ekstra untuk kegiatan pembelajaran tersebut. Guru, peserta didik dan seluruh perangkat sekolah harus melaksanakan tugas secara daring atau online.
Terdengarnya gampang, namun kenyataannya tak semudah yang dibayangkan. Apalagi bagi peserta didik yang sulit mengerti pada materi-materi pelajaran tententu. Dengan tidak mengenyampingkan pelajaran yang bersifat sosial, pada materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tidak dinafikan perlu pendalaman materi ekstra, terutama jika materi pelajaran tersebut berhubungan dengan materi Al-quran (Tadjwid dan Makhraj). Bagi peserta didik yang sudah cukup pengetahuannya tentang baca tulis Al-qur’an tentu hal tersebut bukanlah suatu masalah yang berarti, tapi ketika kita berhadapan dengan peserta didik yang belum mengetahui atau belum belajar Al-Quran maka disitulah terdapat tantangan yang cukup berat dirasakan baik bagi peserta didik itu sendiri maupun bagi guru pengampu mata pelajaran yang bersangkutan.
Namun bagaimanapun semua adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama. Kita yakini semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Mungkin salah satunya yang sedang dialami oleh dunia pendidikan, yaitu pengembangan keterampilan abad 21, dimana salah satu syaratnya adalah penguasaan bidang IT. Walaupun liburan saat ini adalah suatu “liburan yang tak dirindukan”, namun tak ada salahnya jika kita nikmati dan mengisinya dengan berbagai aktifitas positif yang selama ini mungkin terlupakan atau tidak bisa dilaksanakan dengan alasan “tidak ada waktu”. Dibutuhkan kesabaran dan kreatifitas agar waktu yang berjalan tak sia-sia. Media sosial banyak memberikan inspirasi baik bekerja dalam “tim maya” maupun secara individual. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam masa- masa sulit seperti ini. Kegiatan dirumah tentunnya adalah kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi kita. saya sendiri melakukan beberapa kegiatan yang merupakan hoby ataupun aktifitas yang bisa bermanfaat bagi kesehatan dalam rangka melawan virus corona.
Pagi hari diawali dengan ibadah shalat Subuh, sebagai warga negara yang baik maka harus patuh kepada anjuran pemerintah dan ulama untuk beribadah di rumah. Memang terasa berat ketika harus mengubah kebiasaan shalat berjamaah di masjid atau mushola. Tetapi demi menghindari penyebaran virus corona maka kita harus beribadah di rumah. Selesai shalat, dilanjutkan dengan tadarus Al Qur’an. Al Qur’an sendiri adalah merupakan obat, obat secara fisik maupun batin. Di tengah- ditengah situasi sekarang kita butuh “obat hati”, yaitu dengan membaca dan mengkaji Al Qu’ran.
Olah raga pagi, adalah kegiatan rutin yang saya lakukan sebelum masa lock down seperti sekarang ini. selain olaraga pagi saya sering melakukan jemur diri pada jam 09.30 pagi. Sekitar 10 – 15 menit, sesuai anjuran dari para ahli kesehatan dirasakan sudah cukup.
Gowes, atau bersepedaadalah aktivitas mengayun sepeda yang sangat menyenangkan ketika dilakukan bersama istri tercinta, sekalipun hanya dilakukan sepekan sekali sudah dirasa cukup untuk membakar kalori yang ada dalam tubuh.
Membaca buku, ada beberapa buku yang sudah pernah dibaca namun saya kembali membacanya berulang-ulang. Buku-buku itu berkaitan dengan keagamaan (religi), Dengan kembali membaca buku religi terutama yang berkaitan dengan bulan suci Ramadhan saya bisa merefresh pengetahuan yang pernah di baca. Selain buku religi saya juga membaca buku-buku tentang materi yang berkaitan dengan kepenulisan. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan kepenulisan yang baik dan benar.
Mengikuti forum-forum yang ada hubungannya dengan dunia menulis. Lewat media sosial seperti whatsApp (WA), Facebook dan Instagram, saya berusaha untuk tekun mengasah kemampuan dalam bidang menulis. seperti halnya forum Kelas Online. Saya bisa belajar dari para master yang sudah kenyang pengalaman. Mengikuti pelatihan-pelatihan online tentang kepenulisan di media sosial sebagai bagian dari nilai tambah yang ingin saya raih.
Membuat video pembelajaran, masa pendemi ini belajar di rumah harus dilakukan oleh setiap peserta didik. Guru sebagai ujung tombak dari pembelajaran berbasis daring harus memiliki kreativitas. Tidak hanya melulu memberikan tugas kepada peserta didiknya dengan tugas-tugas yang ada di buku LKS atau buku bahan ajar/materi. Oleh karena itu saya berinisiatif membuat video yang berkaiitan dengan pembelajaran. Video tersebut kemudian di unggah lewat grup WA kelas dan nantinya bisa dilihat dan di simak oleh peserta didik.
Inilah beberapa aktivitas yang bisa saya lakukan untuk mengurangi kejenuhan dalam menghadapi liburan yang tak dirindukan, disisi lain doa tak putus-putusnya kita panjatkan kehadiran Illahi Robbi, karena semua yang terjadi tak luput dari kehendak-Nya. Tetap berbaik sangka kepada Allah Swt dan Insya Allah semua ada hikmahnya. Minimal sebagai evaluasi diri, bahwa kita sebagai manusia biasa tak luput dari khilaf dan salah. Mungkin virus corona yang juga bagian dari tentara Allah Swt, sengaja diutus ke bumi sebagai peringatan akan dosa-dosa yang kita perbuat agar segera bertobat sebelum terlambat. Atau suatu jembatan untuk meraih sukses pada kehidupan yang akan datang. Ingat akan firman Allah Swt, bahwa Allah Swt tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, … (Q. S. Al Baqarah : 286). Yakin badai pasti berlalu dan semua akan kembali seperti sediakala. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.(**)
(Penulis adalah Pengiat Literasi, dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (DPD AGPAII) Kota Gorontalo serta Guru PAI SMP Negeri 2 Kota Gorontalo)