Manado dan Bitung

Hadiri PKKMB di Unsrat, Irjen Kemendiktisaintek Tegaskan Dosen dan Mahasiswa Harus Bebas dari Kekerasan

BOLMORA.COM, MANADO – Lingkungan kampus harus jadi tempat belajar yang sehat, aman, nyaman dan kondusif. Bukan sebaliknya, di mana kampus menjadi tempat yang memunculkan trauma dan ketakutan, yang pada ujungnya menghambat kesuksesan. Hal tersebut ditegaskan Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Dr. Catharina Muliana MH, saat memberikan pembekalan kepada para mahasiswa baru yang mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Tahun 2025 di auditorium Unsrat, Kamis (14/8/2025).

Menurutnya, dosen dan mahasiswa harus bebas dari berbagai tindak kekerasan, diskriminasi, perundungan baik befsifat fisik maupun psikis.

“Kampus harus menjadi ekosistem pendidikan yang lebih beradap, karena kampus merupakan lembaga proses pendidikan terakhir, sehingga harus mewujudkan kehidupan yang beradap,” kata Khatarina.

Oleh karena itu, kampus harus bebas dari kekerasan fisik, psikis, perundungan, kekerasan seksual, diskriminasi dan intoleransi dan kebijakan yang mengandung kekerasan.

Dikatakan juga bahwa, secara umum, dunia kampus di Indonesia saat ini dalam kondisi darurat kekerasan.

“Masih ada terjadi kekerasan di sejumlah universitas yang mencakup psikis dan fisik. Contohnya di Unila, kemudian penculikan mahasiswa baru di UTM saat ikut PKKMB,” beber Katarina.

Mirisnya, sebut dia, kasus kekerasan seksual, ternyata mendominasi dengan persentase 77 persen terjadi di kampus, dan itu melibatkan akademisi.

“Berdasarkan data dari Komnas Perempuan, terdapat 1,133 kasus kekerasan seksual di kampus sepanjang tahun 2024,” ungkapnya.

Namun, berdasarkan data, Kemdikbudristek telah menangani 67 persen kasus kekerasan seksual, perundungan 28 persen dan intoleransi dan bentuk lainnya 5 persen.

“Tak bisa dimungkiri, kasus kekerasan terhadap mahasiswa sangat sedikit yang dilaporkan, seperti fenomena gunung es, yang dilaporkan lebih sedikit dari kasus yang sebenarnya. Mengapa bisa seperti itu?, karena korban tidak melapor, tidak percaya pada pihak kampus, tidak ada kanal pelaporan, serta tidak ada unit khusus atau regulasi kampus yang tidak diatur,” tandasnya.

Sebelumnya, Rektor Unsrat Prof. Dr. Ir. Oktovian B.A. Sompie M.Eng. IPU. ASEAN Eng, dalam sambutannya mengatakan bahwa, momentum PKKMB bukanlah sekadar kegiatan seremonial, tetapi sebagai jembatan pertama menuju dunia kampus.

“Yakni tempat para mahasiswa menempa diri, menggali ilmu dan membentuk karakter sebagai calon pemimpin bangsa,” cetusnya.

Prof Sompie menyampaikan bahwa Unsrat memiliki satu visi, yaitu menciptakan sumber daya manusia unggul yang berdaya saing global.

“Tentunya untuk mewujudkannya, saya berharap agar mahasiswa harus belajar, berinovasi dan berkontribusi positif, junjung nilai-nilai kejujuran, disiplin dan menjaga etika,” tegasnya.

Prof Sompie mengajak mahasiswa baru untuk menjadikan Unsrat sebagai tempat lahirnya para pemikir, pencipta dan pemimpin masa depan.

Dia juga mengingatkan tiga hal penting yang harus dipegang teguh oleh para mahasiswa baru selama menempuh pendidikan, yakni.belajar bukan hanya untuk lulus, tetapi untuk meraih keberhasilan di masa depan.

“Gelar sarjana memang penting, tetapi yang akan benar-benar menentukan kesuksesan adalah kemampuan dan karakter,” pungkasnya.

Penulis: Gun Mondo

Gunady Mondo

Aktif sebagai jurnalis sejak tahun 2010 (Wartawan UKW UTAMA: 9971-PWI/WU/DP/XI/2021/21/10/79)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button